Tidak penting membanggakan
Kelompok!. Tidak penting membanggakan keluarga!. Tidak penting membanggakan
gelar atau titel! Tidak penting membanggakan semuanya. Karena Rasulullah
semasih hidup tidak pernah membanggakan Keluarga, Sahabat, Keturunan, Golongan,
Istria tau yang lainya. Pantaskah
kita membanggakan keluarga? Padahal Rasulullah lebih pantas berbangga diri dibanding
kita. Rasulullah bangga memiliki sosok istri Siti Khotijah yang sabar dan lebih
dewasa, serta kaya raya. Rasulullah memiliki keluarga yang sakinah,
mawadah, warohmah, serta istiqomah. Keturunan bangsa Quraisy yang
disegani dan dihormati. Memiliki sahabat – sahabat yang memiliki kecerdasan
yang berlian. Hafal Al – Qur’an, Hadits, ahli tafsir, menguasai kitab, berbagai
disiplin ilmu, ahli politik, ahli siasat perang, dll. Rasulullah tidak pernah
juga membanggakan diri sendiri? Padahal kita semua tahu dan sangat baham serta
fasih. Bahwa rasulullah merupakan Al – Qur’an Berjalan. Yang ucapan, tindakan,
serta perasaannya adalah ayat. Siapa saja yang ketemu beliau, tidak lama pasti
berubah. Banyak juga yang langsung berubah. Diamnya saja dakwah, dianggap
sebagai suatu yang kebaikan dan mulia. Rasulullah yang pernah berbicara dan
melihat Allah di sidrotul muntaha, tapi biasa tuh, nggak ada pamernya. Nggak
ada pembangganya. Rasulullah juga yang dijamin masuk surga terbaik pertama
kali. Tapi kayaknya biasa aja ya?. Gimana?
Subhanallah…istigfar saudaraku yang seiman dan seperjuangan. Mari kita
tata kembali kehidupan kita yang masih banyak dosa. Kita perbanyak berbuat
baik. Supaya pahala kita terus mengalir deras serta kita tumbuh berkembang semakin menumpuk dan menjadi
pupuk. Semoga pupuk –
pupuk itu menyuburkan orang – orang di sekitar kita. Mereka yang kita sayangi dan cintai serta kasihi untuk
masa depan bersama. Tularkan energy
positif pada setiap yang kita temui. Tidak melihat makhluk hidup atau mati.
Karena setiap yang diciptakan memiliki peran dan manfaat yang berbeda – beda. Manfaat
itu bisa diambil dimana saja. Tinggal bagaimana kita bisa mengambil hikmah dari
setiap kejadian. Atau kita akan membahas sosok penakluk Kostantinopel.
Yang rasulullah mengatakan sebaik – baiknya pemimpin. Sebaik – baiknya pasukan
adalah pasukannya. Selama hidupnya puasa senin – kamis. Sholatnya selalu
berjamaah dan mulai takbir pertama. Sholat tahajudnya sepertiga malam. Sholat
duhanya saat matahari terbit. Sekarang apa yang akan kita banggakan. Masih
banyak orang – orang terdahulu yang lebih hebat, kuat, kekeh, taat, cerdas, dan
sukses mulia. Tapi kita terkadang menutup diri dari ilmu sejarah. Ilmu kita
hanya tentang barat. Kiblat kita sensitif ke barat. Cenderung buku – buku dan
temuan barat yang kita pakai sebagai hujjah. Lantas mana esensi nilai –
nilai islam yang memiliki sejarah keemasan itu. Sudah lupakah kita pada
teriakan rasulullah terakhir kali sebelum beliau wafat. “Ummatku…ummatku…ummatku.” Beliau terus
mengulangi kata ummatku sebanyak…berapa? Ya benar 3 kali. Kenapa 3 x. kenapa
tidak satu kali, karena Allah itu satu. Atau kenapa tidak 2 kali, karena hidup
ini selalu berbicara 2 unsur yang berbeda. Pengin tahu? 3 aja nggak pada ngeh.
Nggak pada mudeng. Nggak pada sadar. Apalagi nggak pada percaya. Lebih parahnya
udah tahu, paham, sadar, sangat yakin lagi, tapi nggak berubah. Astagfirullah.
Diulang 3x saja, seperti itu. Apalagi diulang 2 atau 1 kali. Parah. Bahkan Rasulullah
ketika sakaratul maut sempat berkata. “ Ya Allah, sakit banget sakaratul maut ini, limpahkan
semua rasa sakit ini kepadaku, jangan kepada ummatku.”
Tenang
ya, yang di atas baru muqodimah. Belum salam, syukur, solawat, isi
(inti-masalah-solusi), dan penutup.
Sebelum
lanjut. Semoga jenengan yang membaca atau bahkan yang hanya melihat
tulisan ini. Penulis do’akan, semoga jenengan segera sukses mencapai cita –
cita dan mulia berbagi kepada sesama. Semoga keselamatan, keberkahan, dan kasih
sayang Allah selalu saudara – saudaraku rasakan-syukuri-nikmati. Maka
kebahagiaan akan selalu melekat pada setiap sisi kehidupan saudara. Amiiin. Kalau sudah, Yuk pejamkan mata dan
rasakan dalam hati mengalir ke seluruh tubuh. Rasakan begitu nikmatnya kita.
Masih bisa puasa ramadhan, walau baru 4 ½ hari. Masih bisa baca tulisan bagus
ini, walau pakai kaca mata. Masih bisa menuntut ilmu walau ngalamun melulu.
Masih bisa kumpul dan bersilaturahmi dengan orang – orang yang kita sayangi dan
menyayangi kita. Dan masih banyak kalimat kenikmatan (seng woenak – woenak),
yang menggunakan awalan masih. Untuk itu nggak usah panjang lebar mari kita
ucapkan Alhamdulillah ya Allah, engkau masih berikan kami udara gratis,
uang gratis, ilmu gratis, ala tulis gratis, sahabat – sahabat gratis, keluarga
gratis, makan gratis, ojek pun sampai gratis ya Allah. Tidak akan
mungkin kami bisa menulis semua nikmat-Mu yan tulus Engkau berikan kepada kami. Niscaya tidak
akan mampu laptop ini menyimpan semua nikmat-Mu jika
tertulis. Jikalau cukup pasti rusak laptop ini ya Allah. Cukup
saja tidak puas kalau belum mampu. Untuk itu kami minta maaf ya Allah.
Kami sering melalaikan-Mu disepanjang waktu. Kami lebih sibuk dengan ipadku ya
Allah. Tapi Engkau masih saja memberi kami kehidupan. MemberI kami
kesempatan. Untuk itu terima kasih ya Allah. Kami berjanji akan
memperbaiki diri dengan taubat yang sebenar – benarnya. Akan semakin taat
menjalankan perintahmu dan menjauhi laranganmu. Kami akan memaksakan diri
merubah kebiasaan buruk menjadi terbaik. Kami tidak ingin menjadi tersempurna.
Tapi kami hanya ingin menjadi hambamu yang lebih baik dan lebih baik
seterusnya. Karena kami sadar dan yakin. Bahwa kesempurnaan itu hanya milik Engkau ya
Allah. Kalau sudah, yuk ucap sholawat dan keselamatan kepada
rasulullah Saw, keluarganya, sahabatnya, serta ummatnya-kita semua yang semoga
istiqomah menuntun di jalannya. Mari kita teladani akhlaqnya, ikuti
sunah – sunahya, jaga ummatnya, jaga agama yang dibawanya, serta teruskan
langkah juang dakwahnya. Sehingga apa yang menjadi cita – cita Rasulullah dan
kita bersama bisa fakta, realita, dan nyata atas Ridho lillahi ta’ala.
Amiin.
Telinga
anda tidak asing dengan kata – kata Buah jatuh tidak jauh dari pohonya atau
sifat anak tidak jauh dari orang tuanya. Sekarang apa bedanya sifat dan
karakter?
Jadi, bedanya
sifat dan karakter adalah sumber dan jenis partikelnya. Kalau sifat itu watak
dasar. Artinya sifat jiwa yang fitrah dan asli bawaan dari gen orang
tuanya. Sedangkan karakter merupakan watak luar yang berasal dari lingkungan
sekitarnya. Kalau sifat bersifat rohani, sedangkan karakter besifat rohani.
Makanya wajar sekali ada anak yang sama persis dengan orang tuanya. Baik
bapaknya maupun ibunya. Dari segi bicara, tampilanya, memandangnya, pola
pikirnya, dan keyakinanya. Bahkan ada juga yang kebiasaan urut
sehari – harinya sama.
Subhanallah…jangan heran. Karena apa?. Seorang
anak sejak kecil sudah sering kumpul dari mulai tidur sampai mau tidur lagi
bersama orang tuanya. Apa yang orang tua lakukan pasti anak tahu, melihat,
merasakan, dan merekam dalam memori otak bawah sadar. Disitu ada orang tua. Pasti disitu ada anak. Kemanapun
orang tua. Anak pasti diajak. Bahaya apa?. Bahayanya adalah ketika orang tua
melakukan segala sesuatu yang negative. Seperti pertengkaran antara suami dan
istri. Sehingga menjadikan suasana keluarga tidak sakinah, mawadah,
warohmah, serta istiqomah. Kalau sudah seperti ini yang
menjadi korban adalah anak – anaknya. Yang nantinya mereka akan semakin sering
merekam hal – hal yang negatif. Yang akan menjadi bekal kehancuran di masa
depan. Karena dalam otak manusia ada yang namanya otak limbik. Otak limbik atau
otak bawah sadar ini berfungsi untuk mempertebal segala sesuatu yang sering
ditemui. Otak bawah sadar ini bekerja ketika gelombang frekuensi otak dibawah
beta. Bisa Alfa, delta, atau theta. Tapi yang paling tepat adalah
ketika kondisi theta. Karena tidur setengah sadar. Atau bahasanya lamat
– lamat. Saat itulah otak bawah sadar akan secara Cuma – Cuma merekam keadaan disekitarnya. Apalagi anak kecil yang
belum bisa membedakan mana baik dan buruk. Belum bisa memanagement kerja
otak. Maka secara langsung akan terprogram secara otomatis. Hal ini bisa dianalogikan seperti mesin foto copy
yang memproses kertas kuarto dalam copian. Maka yang akan keluar dari
hasil copian itu pasti kertas kuarto. Kalaupun bukan kertas kuarto. Bisa
jadi kecampur dengan kertas lain. Atau mesin dan orangnya yang eror. He. Jadi sebelum otak limbic ini merekam. Di terima
dan diproses dulu oleh otak. Memaknai, memandang, melihat,
menilai, mengkiritik, menyalahkan, dan lain sebagainya inilah tugas otak.
Setelah otak memproses segala sesuatu atau informasi yang masuk. Diturunkan ke
Amigdala (bahasa psikologi). Di dalam amigdala disimpan dan jadilah mindset
(pola pikir). Dari amigdala diturunkan ke otak limbic untuk dirangsang
dan dipertebal. Kalau tindakan itu diulang – ulang, maka akan semakin menebal
dan enjoy (nyaman ketika melakukannya). Dan akan semakin tipis dan
hilang dikalahkan tindakan baru yang diulang – ulang. Sedangkan tindakan lama
distop, maka tindakan lama semakin tipis dan hilang di dalam amigdala.
Bagian otak
yang satu ini akan datang kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan apapun siap
melayani kita. Kalau yang dilayani terus melakukan yang positif, maka untunglah
yang dilayaninya. Tapi kalau sebaliknya, maka sangat rugilah anda.
Jadi kita sudah tahu bagaimana cara
kerja otak. Dari bagaimana muncul kebiasaan – kebiasaan atau biasa disebut
karakter. Untuk itu
marilah kita sama jaga anak – anak bangsa. Mereka adalah harapan masa depan kita.
Yang akan meneruskan langkah perjuangan kita. Karena kondisi otak anak ketika
masih kecil sangat aktif. Aktif menerima informasi yang masuk tanpa
pertimbangan dan penalaran. Maka otak
bawah sadarnya akan mudah dan semakin cepat dalam merekam. Dan outputnya ditiru
ketika sudah masanya. Sehingga semakin besar akan menjadi kebiasaan yang
mendarah daging dalam diri anak. Dan untuk kita yang sudah remaja dan dewasa.
Kita sedang menginjak masa muda, masa yang penuh kendala dan uji coba. Pemuda
butuh stimulus kuat untuk perubahan ke arah yang lebih baik dan mulia.
Berhati – hatilah kawan! Ingat!
Syeitan akan datang menggoda iman kita. Mereka tidak membedakan siapa orangnya. Rumahnya mana.
Umurnya berapa. Titelnya apa. Jabatanya apa. Kewarganegaraanya mana. Agamanya
apa. Sarjana mana. S1 atau S2. Masih bujang atau sudah nikah. Janda atau duda.
Semua itu sama sekali tidak menjadi perbedaan syeitan untuk melemahkan iman
manusia. Yang membedakan semakin tinggi dan kuat imanya serta istiqomah.
Maka semakin kuat dan tinggi pula frekuensi godaan syeitanya. Maka
mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Karena kebiasaan yang sudah melekat
dalam diri manusia, bahkan menjadi watak dasar, maka perlu kekuatan ekstra
untuk merubahnya. Jangan meremehkan action.
Pilihlah action yang membuat anda bahagia dunia akhirat. Yang tidak hanya
membuat anda sukses tapi juga mulia. Maka ingatlah ketika ada tindakan dan
pengulangan, pasti akan tampak kebiasaan. Karena orangtuanya kebiasaan adalah
tindakan (bapak)
dan pegulangan (ibu).
Bapak dengan ibu menjadi anak. Bapak + ibu = anak.
Jangan
pernah bermain dengan sesuatu yang kecil dan coba – coba. Karena itu semua awal
dari perubahan yang nyata. Kalau permainan anda mengarah pada kebaikan. Maka
akan merasakan akhir yang bahagia. Akan tetapi kalau permainan anda mengarah
pada keburukan dan kejahatan yang tidak membawa kemanfaatan. Maka akan
merasakan akhir yang menderita. Tidak hanya di dunia. Tapi juga akhirat. Ingat!
Ini bulan ramadhan. Bulan yang suci penuh ampunan. Penuh kebaikan. Penuh
kemuliaan. Penuh perbaikan. Penuh kebahagiaan. Penuh kasih sayang. Penuh amalan
kebaikan. Relakah kita menyia – nyiakan bulan terbaik diantar dua belas bulan.
Tidak kecewakah kita menghambur – hamburkan waktu untuk aktivitas yang tidak
berguna di bulan yang malam – malamnya lebih baik dari seribu malam. Kalau
tidak rela dan tidak ingin kecewa, bahkan ikhlas. Yuk kita berubah dan berhati
– hati dalam apapun. Bahkan Rasulullah memerintahkan kita untuk diam,
daripada berbicara yang buruk. Karena apa yang kita lakukan akan menjadi
kebiasaan. Sangat mudah sekali otak bawah sadar menebalkan rasa nikmat.
Sehingga si ibu bahagia sekali mengulangi tanpa mempertimbangkan efeknya. Kalau
baik tidak masalah. Lanjut saja. Dan diulangi semahir mungkin. Tapi kalau
buruk?. Ya dihabisi. Hajar bareng – bareng. Supaya mampus. Daripada nyebarin
virus kemalasan. Hanya membuat kerusakan di semesta alam. Yang nantinya ditiru
anak keturunanya. Sehingga menjadi amal sholeh yang akan mengalir dosa atau
pahalanya dan tidak akan terputus hingga hari kiamat. Jenengan mau puluh mana?
Aliran pahalanya atau dosanya yang akan terus mengalir sampai ke laut. Itu
kehendak anda. Pilih surga atau neraka? (srf)