INDIBATH
KOMITMEN DAN DISIPLIN
Oleh Ust. Imam Mas’arum,S.Pdi.
(Dosen Motivator)
Kamis, 27 Jumadil Ula 1433 H / 19 April 2012 M
13.00 WIB
Aula Masjid Raya Darul Amal Salatiga
MC : Muhammad Fikri Sabiq
Moderator : Luqman Hakim
Tilawah : M. Solehan
Mengapa karyawan itu diawal harus mengalami masa training?
Mengapa anak sekolah (khususnya SMK) harus ditunggui satpam atau kepala sekolahnya setiap jam tujuh pagi?
Tapi mengapa di bangku perkuliahan sudah tidak terlalu seperti di bangku sekolah?
Agar kedisiplinan itu tertancap sejak dini (di bangku sekolah) dan agar disiplin itu bukan hanya sekedar fisik, akan tetapi masuk pada alam bawah sadar kita. Sehingga jika telah masuk ke bangku perguruan tinggi (kuliah) maka telah terbiasa dan ia telah sadar akan arti masuk atau mbolos pada jam kuliah. Sedangkan dalam perkuliahan telah dibebaskan.
Belajar dari semut:
Setiap bertemu dengan sesame semut, dapat dipastikan mereka saling menyapa dan bersalaman. Jika mereka membawa makanan, mereka akan membawa makanan itu secara bersama-sama. (gotong royong).
Sebelum gotong royong, (makanan) ada semut intelegen yang mendahului berjalan dengan tugas untuk mencari-cari makanan dan semut intelegen yang lain mengamati (menganalisaberat dari makanan berapabutuh berapa pasukan untuk mengangkat).
Lalu semut intelegen yang lain memberi cairan kepada makanan yang telah di cari tahu informasinya. Serta cairan itulah yang menjadi acuan pasukan semut yang datang untuk mengambil dan mengangkat serta agar focus hanya pada makanan tadi (biarpun diletakkan makanan lain disekitar makanan yang telah diberi cairan tadi, pasukan semut tidak akan beralih arah).
Kita mendapat pelajaran dari pasukan semut, bagaimana mereka sedisipin itu. Serta mereka memiliki fungsi atau job sendiri-sendiri yang itu harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Untuk selanjutnya, berbahagilah kita yang sudah tidak beraktivitas hanya untuk diri sendiri , akan tetapi sudah berusaha untuk orang lain, dan itu akan menjadi hal yang berharga. Karena itu kita sudah tidak memiliki sifat individualism tetapi kita sudah mempunyai kepedulian terhadap orang lain, apalagi ini adalah urusan yang besar, yaitu da’wah ilallah-suatu aktivitas para rasul terdahulu serta beban yang tidak akan dipikulkan kepada selian yang sanggup memikulnya-.
Terlebih dari itu, aktivitas jama’ah menuntut kita untuk disiplin dan itu pun perlu dilatih dalam suatu jama’ah. Agar tujuan (visi) yang telah ditetapkan dalam jama’ah itu berjalan sesuai misi yang telah dibuat. Paling tidak ada tiga zonayang dilewati seseorang , dan setiap zona tersebut merupakan tingkatan seseorang dalam beraktivitas:
1. Zona nyaman
Zona ini disebut zona nyaman karena di zona ini seseorang sudah merasa nyaman dengan kondisinya yang sekarang ini. Dia sudah cukup dengan aktivitasnya yang sekarang iniu. Kuliah, belajar dan beraktivitas secara rutinitas untuk dirinya sendiri , tanpa mempunyai fikiran lebih (untuk hal-hakl yang bersifat social).dia mengangap , mengapa harus memikirkan orang lain, diri sendiri saja belum terurusi. Yang akibatnya, dia tidaka akan berharga di dalam sosialnya, serta jika ia beraktivitas agak tidak seperti biasanya, dia cepat merasakan lelah dan ingin cepat berhenti. Maka keluarlah dari zona ini, karena zona iti merugikan diri anda, minimal anda tidak akan berguna di dalam social anda.
Inilah zona yang dilalui semua orang pada permulaannya. Ia merasa bahwa memang hidup ini adalah seperti ini.
2. Zona Kegiatan
Di zona ini seseorang sudah agak meningkat, ia sudah mau untuk beraktivitas lebih (sudah mau keluar dari zona nyaman). Pada zona ini sudah melalui seleksi, yaitu mereka yang mau beraktivitas dimana yang lain menjauh. Tahapan inilah terjadinya pemilahan aktivis dari yang semula hanya merasa nyaman berada di suasana yang biasa.
3. Zona Luar Biasa
Di dalam zona ini, seseorang sudah meningkat lebih tinggi dari zona kegiatan, karena selain dia sudah mau memikirkan masyarakat di sekitarnya, selain dari dirinya. Dia juga merasakan bahwa aktivitas yang ia lakukan berubah dari lelah menjadi aktivitas yang menyenangkan. Di mana di zona pertama, jika ia merasa kelelahan saat beraktivitas, maka orang di zona ketiga malah merasa senang dan tidak senang jika ia malah tidak sedang ada aktivitas dakwah, ia merasa agak sepi, lelah. Lalu pada tahapan ini seorang aktivis yang ada pada tahapan kedua tadi telah menjadi aktivis, kini menjadi aktivis yang benar-benar menginspirasi.
Kunci dari lelah atau tidaknya dalam beraktivitas adalah terletak pada main set kita terhadap aktivitas kita.
Ada beberapa tips (apa yang harus kita lakukan) dalam pembentukan kedisiplinan :
1. Quwwatul Ghayah (Kekuatan Tujuan)
Untuk mencapai kedisiplinan diri apalagi jama’ah adalah denga focus pada tujuan yang akan dicapai. Kita harus menciptakan main set lurus melihat tujuan
· Ada yang berjalan pelan tapi focus ke depan.
· Ada yang berbelok ke A atau B, (karena persimpangan jalan itu niscaya ada).
· Dari persimpangan ada yang lupa tidak meneruskan perjalanan dan ada juga yang sifatnya mampir lalu melanjutkan perjalanan.
2. Intima’ (Rasa Kepemilikan)
Ibarat suatu perkataan : Bedahlah dadaku, niscahya yang ada di dalam hatiku tertulis nama Islam.
3. Mahabbah (kecintaan)
Setelah merasakan bahwa rasa kepemilikan terhadap jama’ah (Islam) telah terpatri, timbulkan rasa kecintaan kapada jama’ah (islam) itu dengan hati dan dengan lisan.
4. Tadzhiyah (Pengorbanan)
Inilah hasil dari rasa mencintai, yaitu mau berkorban kepada apa yang ia cintai. Outputnya adalah berani untuk memberikan loyalitas dan prioritas yang utama dari priorotas-prioritas yang lain.
Di mana mahasiswa yang lain setelah kuliah lalu pulang, setelah tes pulang,. Akan tetapi bagi aktivis dakwah, di dalam relung hatinya adalah aktivita-aktivitas untuk mengingatkan kepada Allah (yang bersifat jama’i-untuk orang lain)baik kajian, syura (rapat), atau mempersiapkan aktivitas-aktivitas yang lainyang mendukung dakwah Islamiyah.dengan keyakinanbahwa Allah saja yang memberikan kebaikan atas pengorbanan kita.
0 komentar:
Posting Komentar