6/12/2013

Menulis, Sulitkah?

Menulis, Sulitkah?
Oleh Ahmad Fikri Sabiq
“Gagasan seseorang akan dikenang oleh orang lain di masa depan dengan cara menorehkannya dalam tulisan.“
BAGI sebagian orang, menulis merupakan sebuah hobi yang sangat menyenangkan. Dan tidak sedikit yang menjadikannya untuk mencari tambahan uang jajan. Bahkan menjadi sebuah profesi.
Di kalangan mahasiswa, menulis merupakan sebuah keniscayaan. Membuat tugas kuliah, makalah, laporan observasi, journal, skripsi, thesis, maupun disertasi merupakan bagian dari aktivitas menulis di kalangan masyarakat kampus.
Ada yang beranggapan menulis itu sulit, dan ada juga yang menyatakan bahwa keterampilan menulis merupakan bakat yang diberikan oleh Allah sejak lahir. Benarkah?
Setidaknya ada tiga alasan penyebab yang menjadikan menulis itu terasa sulit. Pertama, karena seringnya menonton dan mendengarkan. Kegiatan menonton dan mendengarkan bisa dibilang kegiatan yang pasif karena tidak bisa menghasilkan suatu hal yang nampak nyata dan jelas hasilnya.
Kedua, seorang yang mencoba untuk menulis sering terbebani bahwa tulisannya harus bagus dan mudah dimengerti. Ketiga, menghilangnya ruh atau jiwa pada saat menulis. Kegiatan menulis menjadi tidak mood lagi, kehilangan tujuan dari menulis dan lainnya.
Menulis untuk diri sendiri
Langkah awal yang bisa dilakukan bagi pemula untuk menulis adalah menulis untuk dirinya sendiri. Dalam arti, tidak terikat dan tidak mengikuti aturan-aturan orang lain. Menulis bisa menjadi enjoy apa adanya, semau gue, dan sebagainya. Dalam tahap ini, tulisan tidak harus bagus dan tidak harus mudah dipahami orang lain. Yang terpenting adalah mulai merangkai kata-kata menjadi kalimat.
Setelah mindset tersebut sudah terbentuk, step selanjutnya yaitu menentukan topik yang mau ditulis, topik tersebut bisa berupa hal yang sifatnya membujuk, meminta, mengajak, menginformasikan, mencurahkan perasaan, dan mengekspresikan gagasan. Dalam memilih topik bisa mempertimbangkan hal-hal yang disukai dan sering ditemui dalam keseharian. Dan untuk mendukung topik, bisa dengan mencari literatur sekunder sebagai alat bantu, dan juga dengan mempelajari profil pembaca. Setelah itu, langsung dimulai dengan menorehkan tinta di atas kertas kosong secara bebas (free-writing).
Menulis Berita dan Cerita
Menulis berita dan cerita memiliki karakteristik tersendiri. Kalau berita, merupakan menulis fakta dari suatu peristiwa dan menyangkut dari orang banyak. Cara menulis berita adalah dengan melengkapi aspek 5W+1H, yaitu what, where, who, when, why, dan how.
Dalam menulis berita juga mengedepankan kelayakan dan nilai dari sebuah berita. Kelayakan sebuah berita bisa dilihat pada keakuratan dan kehangatan sebuah berita. Selain itu juga harus lengkap, adil, berimbang, objektif, jelas, dan ringkas. Adapun nilai sebuah berita bisa dilihat pada aspek keaktualan, kedekatan, dampak peristiwa dan keterkenalan.
Sedangkan dalam cerita lebih mengedepankan emosi dan memiliki jiwa atau ruh. Cara menghadirkan ruh atau jiwa adalah dengan menceritakan apa saja yang ditangkap oleh panca indera, memakai mata hati, menceritakan detailnya peristiwa, dan memilih diksi yang tepat.

Oleh Ahmad Fikri Sabiq, Mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga / Pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga.


0 komentar:

Posting Komentar

 

terimakasih atas kunjungannya

we love palestina

Lambang LDK

hubungi kami di:

Jl. Tentara Pelajar No. 2 gedung A, Lt. I kampus I STAIN Salatiga 50721
Phone: 085744479682
E-mail: ldkdarulamal.stainsltg@gmail.com
FB: LDK Darul Amal STAIN Salatiga "